"Itu itungannya adalah utang produktif. Utang-utang yang bisa jadi aset. Kamu pun memperhitungkannya. Aku utang ini setahun dan aku bisa mengembalikannya selama satu tahun. Kan nggak apa-apa. Yang harus dihindari itu utang konsumtif, kartu kredit," jelasnya.
Tetapi, jika tak mau berutang, kita bisa memakai uang dana darurat keluarga.
Meski begitu, Annisa mengatakan, kita tak boleh menggunakan dana darurat keluarga sampai habis tak bersisa.
"Misalnya kamu punya dana darurat keluarga bisa untuk hidup enam kali pengeluaran bulanan. Dipakailah lima kalinya, satu lagi masih disimpan. Itu masih nggak apa-apa."
"Kenapa harus disisakan? Karena mulai bisnis nggak langsung bisa untung. Mungkin ada fase adaptasi untuk cari tau biar lancar," jelas Annisa.
Lebih lanjut Annisa mengatakan, ada hal yang lebih penting daripada sekadar memiliki modal usaha, yaitu niat atau motivasi berbisnis.
Baca Juga: Inovasi Bisnis Dekayu Selama Pandemi, Mulai dari Hampers ke Digital
Menurutnya, sebelum kita mulai usaha, kita harus tahu motivasi kita dalam berbisnis.
Pasalnya, semakin kuat motivasi tersebut, semangat kita untuk berbisnis pun akan semakin besar.
"Niatnya atau tujuannya dulu nih harus dilurusin. Sebenarnya kamu niat nggak sih mau nambah penghasilan? Kalau tujuannya kuat banget, misalnya uang dari keluarga nggak cukup, karena aku membiayai orang tua dan mertua, mungkin itu akan jadi motivsi yang kuat, kayak apa saja dikerjain yang penting bisa bantu keluarga."
"Tapi kalau motivasinya nggak kuat, misal (keuntungan bisnis untuk) liburan habis pandemi, itu mungkin motivasinya kurang kuat dan kamu mungkin jadinya kayak ngayal-ngayal doang, coba aku dagang ya bisa nambah uang," jelas Annisa.(*)