CERDASBELANJA.ID – Sejak diresmikan menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik sebagai warisan budaya Indonesia semakin mendunia.
Derasnya arus globalisasi tidak menjadikan batik tenggelam, bahkan justru semakin erat dengan keseharian gaya hidup masyarakat modern.
Seiring dengan itu, sentra batik terus bermunculan dan industri batik kian berkembang, sehingga memberi kontribusi yang cukup besar bagi perekenomian nasional.
Baca Juga: Jelang Harbolnas, JD.ID Hadirkan JD.ID 10.10 HarJOYnas Grand Show
Termasuk dalam hal menyumbang penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, industri batik kini menghadapi tantangan dari merebaknya pandemi Covid-19.
Menurut pengakuan dari asosiasi perajin batik, industri batik sama seperti industri lain pada umumnya juga terkena dampak dari pandemi, meski tidak ada data empirik mengenai penurunan penjualan.
Hal ini, terutama dirasakan oleh perajin batik yang tidak didukung oleh permodalan yang kuat, serta kurang berinovasi dan beradaptasi dengan dinamika yang terjadi.
Meski demikian, pemerintah masih meyakini bahwa industri kerajinan dan batik punya potensi yang besar dan dinilai mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN), khususnya di sektor industri kecil dan menengah.
Syaratnya, perajin batik harus mampu berinovasi baik dengan melakukan diversifikasi yang tidak terbatas pada produk tekstil, serta memanfaatkan teknologi digital.
Oleh karena itu, akselerasi teknologi digital yang terintegrasi menjadi jawaban bagi upaya pemulihan, serta peningkatan industri kerajinan dan batik, khususnya yang berskala UMKM.
Baca Juga: Cara Dapat 15.000 AstraPoints, Cukup Bayar PLN Pakai AstraPay
Sebagai aplikasi besutan putra-putri daerah dan dalam rangka memeringati Hari Batik Nasional pada 2 Oktober, dompet digital DANA kembali menggelar forum diskusi antar pemangku kepentingan, yaitu DANA Connect.